Sabtu, 15 September 2012

PENGARUH UDARA TERHADAP PERKECAMBAHAN KACANG HIJAU



BAB I – PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula.
Pengaruh kelembaban udara berbeda beda pada setiap tumbuhan. Tanah dan udara yang lembap berpengaruh baik bagi pertumbuhan kecambah .
Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap kecambah dan lebih sedikit diuapkan. Kondisi tersebut mendukung aktifitas pemanjangan sel-sel dan kecepatan pertumbuhan pada kecambah .
1.2  Rumusan Masalah
a.      Bagaimana kelembaban udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah?
b.      Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kelembaban udara dapat mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan kecambah?
1.3  Hipotesis
0.      Tidak akan terjadi perbedaan pertumbuhan yang berarti.
1.      Jika di taruh di dalam ruang yang hampa udara, maka perkecambahan kacang hijau akan lebih cepat dibanding perkecambahan di dalam ruang kedap udara
1.4  Tujuan Penelitian
a.      Mengidentifikasi perbedaan kelembaban udara terhadap pertumbuhan kecambah
b.      Mengetahui bagaimana kelembaban udara dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah
c.       Mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kelembaban udara dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan kecambah
1.5  Manfaat Penelitian
a.      Menambah pengetahuan bagi siswa tentang pertumbuhan kecambah .
b.      Memberikan kontribusi bagi masyarakat
c.       Menerapkan pengaruh kelembaban pada pertumbuhan kecambah
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
a.      Definisi Kecambah
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji.Kecambah dibagi menjadi 3 bagian utama, radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga).Proses pertumbuhan kecambah dapat dilakukan sepanjang tahun, tidak memerlukan sinar matahari dan dapat dilakukan pada musim apapun.
b.       Perkecambahan
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan dikotil terdiriatas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun pertama.
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu epigeal dan hipogeal.
·         Pada perkecambahan epigeal, kotiledon terdapat di permukaan tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
·         Pada perkecambahan hipogeal, kotiledon tetap berada di bawah tanah, sedangkan plumula keluar dari permukaan tanah disebabkan pertumbuhan epikotil yang memanjang ke arah atas .
c.       Fisiologi Perkecambahan
Untuk memulai kehidupannya, biji harus berkecambah menjadi tanaman baru. Perkecambahan biji dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula memanjang atau muncul melewati kulit. Perkecambahan biji dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
·         Hidrasi atau imbibisi; selama kedua periode tersebut, air masuk ke dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain.
·          Pembentukan atau pengaktifan enzim yang menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik.
·         Pemanjangan sel radikula, diikuti munculnya radikula dari kulit biji.
·         Pertumbuhan kecambah selanjutnya adalah pertumbuhan primer.
d.      Pertumbuhan Primer
Setelah proses perkecambahan, tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. Tumbuhan akan membentuk akar, batang, dan daun. Ujung batang dan ujung akar akan tumbuh memanjang karena adanya aktivitas sel-sel meristematis. Proses ini disebut pertumbuhan primer. Sel-sel meristem dapat juga berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang khusus. Daerah pertumbuhan pada ujung batang dan ujung akar dapat dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
·         Daerah pembelahan terdapat pada ujung akar. Sel-sel meristem di daerah ini akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan struktur akar pertama.
·         Daerah pemanjangan terletak setelah daerah pembelahan. Pada daerah ini, sel-sel mengalami pembesaran dan pemanjangan.
·         Daerah diferensiasi. Daerah yang sel-selnya berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi khusus.
e.       Pertumbuhan Sekunder
Di antara xilem dan floem terdapat kambium yang selselnya aktif membelah. Pada tumbuhan dikotil, jaringan xilem dan floem primer terdapat pada batang dan akar yang hidup selama periode yang relatif pendek. Kemudian, fungsinya diambil alih oleh jaringan pembuluh sekunder yang dihasilkan oleh kambium yang aktif membelah. Pertumbuhan kambium ke arah luar membentuk floem sekunder, dan ke arah dalam membentuk xilem sekunder sehingga batang tumbuhan bertambah besar. Aktivitas kambiumyang membentuk xilem dan floem sekunder ini disebut pertumbuhan sekunder. Semua jaringan yang ada di sebelah dalam kambium disebut kayu, sedangkan di sebelah luar kambium disebut kulit atau papagan.
Pembentukan xilem dan floem sekunder pada batang terjadi karena aktivitas kambium yang dipengaruhi oleh musim. Jika kondisi lingkungan kurang menguntungkan, maka aktivitas kambium menjadi rendah sehingga xilem dan floem sekunder yang dihasilkan sedikit. Namun sebaliknya, pada musim hujan, aktivitas kambium ini akan meningkat. Perbedaan aktivitas kambium akan menghasilkan jejak pada batang yang disebut lingkaran tahun.
f.        Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Kecambah
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan. Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembapan. Untuk lebih memahami, mari cermati uraian berikut ini
v  Hormon
Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian yang lain, pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, seperti pertumbuhan akar, batang, pucuk, dan pembungaan. Respon tersebut tergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, dan berbagai faktor lingkungan. Terdapat lima hormon tumbuhan yang dikenal, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, dan asam absisat (ABA). Mari cermati.
·         Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin.
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil.
Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah:
o   Perkembangan buah
Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sehingga merangsang pembentukan buah. Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini disebut partenokarpi.
o   Dominansi apikal
Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
o   Absisi
Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan buah sehingga daun dan buah gugur.
o   Pembentukan akar adventif
Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari batang atau daun pada banyak spesies.
·         Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian terhadap tanaman padi yang sakit. Padi yang terserang jamur Gibberella fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Bentuk-bentuk giberelin diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh jamur dan tumbuhan tinggi.
Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin memiliki beberapa peranan, antara lain:
o   Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh.
o   Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari endosperm untuk pertumbuhan embrio.
o   Perkembangan bunga dan buah.
o   Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan.
o   Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.

·         Sitokinin
Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip. Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
o   Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
o   Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.
o   Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun
o   Menunda penuaan daun.
o   Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah
·         Gas etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah.
Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah.
·         Asam absisat (ABA)
Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon ini dibentuk pada daundaun dewasa. Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:
o   Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas.
o   Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong sintesis protein simpanan.
o   Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.
2.2  Kajian dan Hasil-Hasil Penelitian
Faktor LingkunganFaktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, antara lain: cahaya, air, mineral, kelembapan, suhu, dan gaya gravitasi.
o    Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan, dan aktivitas tumbuhan.
o   Suhu udara
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kerja enzim dalam tumbuhan. Sedangkan, kerja enzim dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian, pertumbuhan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies atau varietas mempunyai suhu minimum, rentang suhu optimum, dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum ini tumbuhan tidak dapat tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya paling tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau bahkan mati.

BAB III – Metode Penelitian
3.1  Variabel dan Definisi Oprasional
·           Variabel Bebas          : Media kapas, pemberian air
·           Variabel Kontrol        : kelembaban udara
·           Variabel Terikat         : tinggi perkecambahan
3.2  Rancangan Penelitian
ü  Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
ü  Lubangi bagian dasar aqua dengan peniti lalu potong bagian atasnya
ü  Tuangkan tanah ke dalam 4 gelas aqua secukupnya
ü  Letakkan masing-masing 5 biji kecambah pada tiap gelas
ü  Siram tiap gelas aqua yang telah ditanami kecambah dengan air kira-kira 50 ml
ü  Beri tanda pada setiap gelas dengan menggunakan label bertuliskan nomor
ü  Tutup salah satu sampel dengan kantong plastic, dan sampel yang lainnya di biarkan di tempat terbuka
ü  Letakkan semua gelas sampel yang sudah di lubangi di atas mangkuk sebagai tempat pemberian air pada sampel, (unuk mengisi pasokan air kecambah)
3.3   Sasaran Penelitian
·         Sampel                        : 3butir biji kacang hijau
·         Populasi                       :12 biji kacang hijau
3.4  Instrumen Alat dan Bahan
1.       Alat
a.        4 gelas bekas aqua
b.      4 buah mangkuk kecil
c.       2 plastik
d.       Label nama
e.       Penitih
f.         Isolasi
g.        Gunting
h.       Cutter
i.         Gelas Ukur
2.        Bahan
a.        12 biji kecambah
b.       Tanah gembur secukupnya
c.        Air masing-masing 50 ml
3.5  Prosedur Pelaksanaa Penelitian
Di sediakan 4 model sampel, dmana 2 sampel akan di biarkan d tempat tebuka dan sampel yang lainnya akan d tutupi dengan plastik. Keempat model sampel ini akan d berikan perlakuan yang sama. Model sampel akan di beri air dengan mangkok yang ada di bawahnya setiap 1 hari sekali. Dan pengukuran kan di laksanakan setiap selang 3hari dari waktu penanaman.

3.6  Jadwal Penelitian
Tanggal kegiatan
Kegiatan
28 juli 2012
Pembuatan makalah
30 juli 2012
Presentasi makalah
1 agustus 2012
Penanaman bibit
4 agustus 2012
Pengukuran pertama perkecambahan kacang hijau
7 agustus 2012
Pengukuran akhir kacang hijau





BAB IV –DATA DAN PEBAHASAN
4.1   Deskripsi data
Pengukuran tgl 4 agustus 2012
·         Wadah 1 ( tidak terbungkus, 3 biji kacang )
o   Biji 1 : 1,5 cm
o   Biji 2 : 1,5cm
o   Biji 3 : 1,5 cm
·         Wadah 2 (tidak terbungkus, 3 biji kacang )
o   Biji 1 : 1,5 cm
o   Biji 2 : 1,5 cm
o   Biji 3 : 1 cm
·         Wadah 3 (terbungkus, 3 biji kacang )
o   Biji 1 : 2,4 cm
o   Biji 2 : 2,1 cm
o   Biji 3 : 2 cm
·         Wadah 4 ( terbungkus, 3 biji kacang )
o   Biji 1 : 2 cm
o   Biji 2 : 2 cm
o   Biji 3 : 2,1 cm



4.2  Interprestasi Data
4.3   Uji Hipotesis
1.Di duga kelembapan udara dapat mempengaruhi pertumbuhan perkecambahan karena pada pengukuran terdpat biji kecambah lebih panjang dari biji yang tidak di bungkus plastic.
4.4  Pembahasan
Kelembapan
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembapan udara. Jika kelembapan udara rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk menyerap lebih banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrien oleh akar akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
           



















BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Ternyata udara dapat mempengaruhi perkecambahan ,
5.2  Saran
Jika ingin mendapatkan hasil yang optimal maka sebaiknya memanfaatka tekhnik kelembaban udara agar mendapat hasil yang optimal ..




DAFTAR PUSTAKA